Surat - ii

 

 

SERIKAT MAHASISWA/PELAJAR SPANYOL (SINDICATO DE ESTUDIANTES) :

 

Indonesia punya kekayaan alam yang melimpah, seharusnya telah menjadi negara yang kaya raya, jika tidak dijarah oleh Soeharto bersama-sama kerabatnya serta kaum imperialis.

Sekarang adalah saatnya bagi massa mahasiswa, pekerja serta petani untuk menentukan masa depan negaranya sendiri. Tapi juga harus hati-hati jangan sampai Soeharto digantikan oleh diktator lain atau klik yang lain. Komite aksi harus segera dibentuk untuk menyatukan perjuangan kaum mahasiswa dengan buruh dan tani dan untuk menghentikan para prajurit agar tidak lagi menembaki saudara-saudaranya dan mengajak mereka bergabung dalam perjuangan.

Untuk memastikan agar Soeharto tidak diganti oleh diktator lain, harus segera dilaksanankan pemilu yang demokratis untuk memilih anggota Dewan Konstituante yang baru. Dewan ini harus menyita kekayaan Soeharto beserta para kerabat serta konco-konconya, dan menggunakan kekayaan itu bagi keperluan masyarakat luas dengan perencanaan dan pengawasan yang demokratis."

[Madrid, 18 Mei 1998; ditandatangani oleh J.M Municio, sekjen Serikat Mahasiswa/Pelajar Spanyol]

 

 

KOALISI PEMBEBASAN BURMA (FREE BURMA COALITION):

 

Benar, bahwa polisi lah yang menembak dan membunuh 4 mahasiswa Indonesia itu. Bagaimanapun juga, tidak boleh dilupakan para pimpinan politik dan korporasi bisnis dari negara-negara industri maju lah , yang telah bertahun-tahun membantu kediktatoran Soeharto menggunakan logika perang dingin semata-mata untuk tujuan mengeruk laba.

Oleh karena itu, kami menyerukan kepada para pimpinan korporasi bisnis dan politik agar menggunakan wewenangnya yang kuat itu untuk membantu mencegah kekerasan terhadap demonstrasi damai.

Kami, dalam Koalisi Pembebasan Burma, mengutuk pembunuhan Hari Selasa terhadap para rekan-rekan mahasiswa di Indonesia. Kami yakin tindakan kejam ini adalah pelaksanaan dari kebijakan diktator Soeharto dan kami menyerukan agar masyarakat internasional memperhatikan pembunuhan keji itu."

[Winconsin, 14 Mei 1998]

 

 

MASYARAKAT AUSTRALIA :

 

Sudah tiba saatnya bagi Pemerintah Koalisi Australia untuk mencabut dukungan terhadap rejim korup Orde Baru di Indonesia. Penolakan terhadap Indonesia telah ditunjukkan diseluruh dunia sehingga mereka tidak mendukung Soeharto. Namun, pemerintah Australia terus memberi legitimasi dengan memberikan bantuan militer, politik dan keuangan.

Hari ini, pertama kali dalam masa sejarah berdarah sepanjang 33 tahun, pemerintah Indonesia menghadapi krisis yang parah -- keruntuhannya sudah didepan mata. Rakyat Indonesia memutusakan untuk membebaskan diri dari penindasan diktator. Agar ini menjadi kenyataan dan pertumpahan darah yang lebih banyak lagi dapat dihindarkan, pemerintah Howard harus bertindak sekarang dan mencabut dukungannya terhadap Soeharto.

Tuntutan khususnya :

  1. Cabut pengakuan terhadap pemerintahan Soeharto
  2. Hentikan bantuan dana terhadap pemerintah Indonesia
  3. Hentikan latihan bersama, bantuan dan pelatihan terhadap militernya Soeharto selama penindasan di Indonesia dan pendudukan di Timor Timur dan Papua Barat masih berlangsung.
  4. Menuntut pembebasan tapol Indonesia dan Timor Timur
  5. Hentikan deportasi terhadap para pelarian dari Timor Timur
  6. Tolak pengakuan terhadap pemerintahan Orde Baru (dengan maupun tanpa Soeharto), dan dukungan agar hanya diberikan terhadap pemerintahan baru yang bebas dan demokratis.

 

[Sabtu, 16 Mei 1998; ditandatangi oleh 43 tokoh politik, anggota parlemen, mahasiswa, seniman, serikat buruh, dll dan dukungan tandatangan masih terus mengalir]

 

 

MAHASISWA DAN BURUH AUSTRIA :

 

Pada hari-hari terakhir ini, koran-koran di Austria menuliskan liputan mengenai situasi di Indonesia. Mereka menggambarkan seluruh gerakan semata-mata merupakan "chaos" dan "anarki". Koran-koran borjuis itu memuat tuntutan agar Soeharto menghentikan sistemnya yang korup yang merupakan bahaya bagi kelangsungan ekonomi-pasar. Menurut mereka persoalannya hanyalah "residen yang buruk" dan "nepotisme". Bagaimanapun juga, krisis ekonomi adalah merupakan hal yang "biasa" dalam sistem kapitalis. Pendapat bahwa krisis ekonomi dapat diselesaikan hanya dengan mengganti presiden atau tokoh lain dalam sistem tersebut dan beberapa bentuk demokratisasi palsu adalah merupakan illusi yang berbahaya.

Proses industreialisasi telah mencampakkan Indonesia dalam sebuah sistem kapitalisme global. Dalam dekade terakhir ratusan ribu petani terkumpulkan dalam pabrik-pabrik dan tempat-tempat kerja yang berkembang di kota-kota. Krisis yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa kapitalisme sudah sampai ujung batasnya. Lebih jauh, ia telah mendorong rakyat untuk membawa Indonesia keluar dari krisis. Kaum pekerja di Indonesia cukup kuat dalam mencari pemecahan bagi krisis sosial dan ekonomi ini yang berdampak tehadap seluruh masyarakat ini.

Dengan perspektif semacam itu, gerakan di Indonesia dapat berhasil. TV di sini yang menayangkan mahasiswa dan para pekerja melakukan protes di jalan-jalan di Jakarta telah disaksikan dengan seksama dan penuh simpati oleh para buruh dan mahasiswa di Austria. Kami akan melakukan apapun guna menjelaskan kepada para buruh dan pemuda di Austria apa watak sebenarnya gerakan kalian. Ketahuilah, bahwa kalian mendapatkan dukungan penuh dari kami ! Perjuangan kalian juga perjuangan kami !

[ditandatangi oleh Gernot Trausmush, redaktur koran Der Funke; Martin Holzer, ketua YS Molding; Bastian Cizek, ketua YS Vorarlberg; Lisi Schimpfossl dari Komite untuk persiapan Serikat Mahasiwa di Vorarlberg]

 

 

 

[kembali ke halaman menu] [kembali ke indeks edisi]