Berita - ii

 

TEROR UNTUK MUCHTAR PAKPAHAN

 

Pernyataan Muchtar Pakpahan, ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia, bahwa ICMI berada dibalik kerusuhan 13-15 Mei di Ibu Kota mendatangkan teror. Teror tersebut antara lain dilakukan lewat ancaman telepon, demonstrasi dan pembuatan selebaran-selebaran. Dalam selebaran yang mereka bagikan di jalan-jalan, disebut-sebut bahwa Muchtar adalah anak mantan anggota Partai Komunis Indonesia dan telah memfitnah umat Islam.

Selebaran tersebut jelas digunakan untuk memancing sentimen SARA. Para penteror tersebut berharap ummat Islam akan marah dan melakukan tindakan kekerasan terhadap Muchtar. Cara-cara teror tersebut dapat dikategorikan sebagai cara yang fasistis. Mereka tidak berideologi fasis, namun menggunakan cara teror kaum fasis. Kesamaan kelompok ini dan kaum fasis adalah sama-sama rasialis. Para penteror tersebut nampaknya merasa yakin, bahwa sangat mudah sekali menghancurkan Muchtar dengan sentimen agama, berhubung Muchtar beragama Nasrani.

Walau menggunakan simbul-simbul Islam, nampak sekali bahwa kelompok ini tidak punya keberpihakan yang murni terhadap ajaran Islam. Mereka hanyalah orang yang menunggangi Islam untuk kepentingan politik. Kepentingan mereka adalah menyingkirkan Muchtar yang dinilai memusuhi ICMI.

ICMI sendiri, walau menggunakan simbul-simbul Islam, bukanlah kelompok yang punya komitmen kuat terhadap agama Islam. ICMI didirikan Soeharto, dengan diketuai oleh Habibie, untuk merangkul tokoh-tokoh oportunis politisi yang bersimbul Islam. Dengan mendirikan ICMI, Soeharto berharap dapat merangkul massa Islam yang mayoritas di Indonesia, agar mendukung pemerintahannya. Para politisi ICMI, lantas, diberi jabatan di kabinet dan institusi-institusi pemerintahan lain. Hal ini dijadikan propaganda Soeharto dengan mengatakan bahwa sekarangan "hubungan Ummat Islam dengan ABRI dan pemerintah sudah mesrah". Dengan propaganda seperti itu, Orde Baru berharap ummat Islam melupakan tindakan biadab ABRI terhadap ummat Islam di Tanjung Priok, Lampung, Aceh, Bangkalan dan lain-lain.

Anggota ICMI pun bukan lah orang-orang yang kuat imannya. Tokoh korup semacam Haryanto Danutirto, mantan Menteri Perhubungan, banyak terdapat dalam ICMI. Jadi, menyerang ICMI secara politik tidak bisa disamakan dengan menyerang ummat Islam.

Isyu bahwa Muctar anak mantan anggota PKI juga merupakan ciri khas kelompok ini. Dengan membuat isyu semacam itu, sangat gamblang terlihat bahwa kelompok ini adalah kelompok Soehartois. Soehartoisme selalu membuat kesan bahwa PKI adalah organisasi yang jahat. Ini terus-menerus dipropagandakan oleh Orde Baru. Mereka tidak pernah menyebut bahwa PKI adalah salah satu organisasi yang berada di garis depan dalam mengusir penjajah. Mereka sama sekali tidak mengakui hak politik anggota PKI, yang diantaranya tidak sedikit yang merupakan pahlawan kemerdekaan.

Dengan membuat selebaran bahwa Muchtar anak anggota PKI, mereka seolah-olah mengatakan Muchtar tidak berhak berpolitik. Dalam negara demokratis, semua warga negara punya hak yang sama, termasuk para keluarga anggota PKI. Muchtar sendiri telah terbukti bukan seorang yang berideologi Marxis. Serikat buruh yang dipimpinnya, SBSI, mendapat dukungan yang besar dari pemerintah Amerika. Dan SBSI tidak pernah membuat statemen yang mengkritik kapitalisme.

Soeharto bukan lagi presiden, tapi Soehartoisme masih berkuasa. Teror, intimidasi, penembakan terhadap buruh, dan lain-lain masih terus berlangsung. Bukankah Habibie itu pewaris Soehartoisme ?

 

 

 

[kembali ke halaman menu] [kembali ke indeks edisi] [ke halaman berikut]