Berita - iv

 

AKSI DI BANDUNG : BEBASKAN BUDIMAN, SITA KEKAYAAN SOEHARTO !

 

Senin (23 Juni 1998), Serikat Rakyat Bandung (SRB) melakukan aksi perlawanan. Sebelumnya, Sabtu (20 Juni), Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan PRD Bandung melakukan aksi di kantor RRI. Uniknya, aksi SRB ini dilakukan bukan di DPR atau kantor pemerintahan, melainkan di tempat kerumunan massa, yaitu Bandung Indah Plaza. 30 orang anggota SRB yang mengikuti aksi itu menggelar spanduk bertuliskan "Satu Perlawanan, Satu Perubahan". Setelah spanduk digelar (pukul 13.00 WIB), aksi dibuka dengan do'a yang dipimpin Dadan, pelajar SMP yang menjadi anggota organisasi Solidaritas Pelajar Priangan.

Lima belas menit kemudian, poster-poster dibentangkan. Poster-poster tersebut antara lain berbunyi: "Bebaskan Budiman, dkk"!, "Nasionalisasi Harta Soeharto !", "Turunkan Harga" serta "Gulingkan Rezim Boneka Soeharto dengan Pemberontakan Rakyat". Setelah itu, Gugum dari Solidaritas Pelajar Priangan (sebagai komando lapangan) membuka orasi. Ia mengutuk rejim boneka Soeharto yang sekarang berkuasa karena masih terus menindas rakyat, serta menuntut pencabutan paket 5 UU Politik 1985 dan Dwi Fungsi ABRI.

Sepuluh menit kemudian, para militer, yang tadinya menjaga aksi itu dengan ketat, semakin merapat dan mengepung massa. Namun, massa tidak gentar sama sekali. Dadan dan Ipal dari SRB membacakan puisi diiringi lagu "Darah Juang" oleh massa aksi secara koor.

Lalu militer mulai mengintimidasi massa. Mereka menyuruh massa bubar. Namun massa tetap bertahan. Militer semakin merapat, sementara jumlah massa aksi semakin bertambah. Massa yang tadinya mengerubuti artis Elma Theana yang sedang shooting di tempat itu mulai bubar dan bergabung dengan aksi tersebut. Melihat massa makin banyak, militer kembali mundur, sementara para intel mulai bergabung masuk kerumunan massa.

Tepat pukul 14.00 WIB, Gugum membacakan Statemen dengan dilanjutkan orasi. Setelah itu, hapening art dilakukan oleh pelajar dari Solidaritas Pelajar Priangan dengan dibantu oleh Udin dari SRB. Setelah itu dilanjutkan pembacaan "Sumpah Rakyat."

Dua puluh menit kemudian, didatangkan dua truk tentara. Kedatangan tentara bukan membuat massa takut, tetapi justru memprovokasi massa untuk ingin relly menuju alun-alun. Namun aksi relly tidak dilakukan, karena jumlah tentara terlalu banyak. Terbukti, "tipu muslihat reformasi" ala Habibie tidak membuat rakyat tertipu. Perlawanan kembali bangkit di mana-mana !

 

 

[kembali ke halaman menu] [kembali ke indeks edisi] [ke halaman berikut]