Internasional - ii

 

AS TERLIBAT DALAM PENCULIKAN PARA AKTIVIS

Oleh : Allan Nairn

 

Sebelum meletus kerusuhan-kerusuhan di Jakarta, lebih dari 12 orang aktivis gerakan pro-demokrasi Indonesia tiba-tiba "lenyap" dari beberapa daerah tempat mereka beraktivitas seperti Jakarta dan Solo. Di tengah teriakan protes dan tuntutan masyarakat, ABRI menyatakan tidak tahu menahu tentang penculikan itu, demikian pula dengan pemerintah Amerika Serikat (AS), yang bahkan kemudian ikut menyerukan agar diadakan sebuah penyelidikan.

Kini, informasi baru dari pejabat-pejabat Indonesia maupun AS, dan dari kesaksian para korban penculikan yang telah dibebaskan, menunjukkan bahwa penculikan-penculikan itu dilakukan oleh komando tinggi ABRI dengan menggunakan kesatuan-kesatuan yang dilatih oleh AS, bahkan diantara kesatuan-kesatuan tersebut ada yang memiliki hubungan resmi dengan dinas intelijen AS.

Isu hilangnya para aktivis dahulu -- dan sekarang -- merupakan dinamid politik sejak militer bergerak ke tahap sentral dalam politik Indonesia. Departemen Luar Negeri AS dan departemen-departemen lainnya telah menyatakan bahwa tokoh-tokoh vokal di Indonesia harus menerima suatu kesepakatan dengan ABRI, dengan mengatakan bahwa militer yang ditakuti adalah sesuai untuk membentuk inti yang kuat dari sebuah pemerintahan baru.

Diantara kesatuan-kesatuan yang oleh para pejabat itu disebutkan memainkan peranan dalam hilangnya para aktivis adalah sebuah organisasi-payung intelijen yang didominasi militer bernama BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen), yang sangat aktif dalam mengawasi para aktivis; dan BIA (Badan Intelijen ABRI), yang melakukan penculikan dan interogasi.

Pada pertengahan April, seorang rekan dekat komandan BIA mengatakan kepada saya bahwa kesatuan ini menahan salah seorang aktivis yang dikhabarkan "hilang". Dan komandan BIA, Jendral Zacky Makarim, setiap hari melapor kepada Pangab Jendral Wiranto.

Baik BAKIN maupun BIA telah memiliki ikatan hubungan yang lama dengan CIA dan Pentagon. Jendral Benny Murdani, Menhankam Pangab yang terdahulu sampai tahun 1993, pernah mengatakan kepada saya bahwawaktu itu hubungan tersebut mencakup konsultasi pada level senior dan "pertukaran informasi". Murdani mengatakan bahwa BAKIN -- yang dia sebut sebagai setara dengan CIA -- bekerjasama dengan CIA, sedangkan BIA berhubungan dengan Dinas Intelijen Pertahanan (DIA/Defence Intelligence Agency).

Kedua kesatuan intelijen Indonesia itu telah banyak melakukan tindakan yang tak berperikemanusiaan, dan laporan HAM terbaru dari Deplu AS pun mengakui bahwa BIA telah menggunakan siksaan setrum listrik. Namun demikian, para pejabat AS mengatakan bahwa hubungan intelijen tersebut tetap mesra, yaitu BAKIN menikmati hubungan kerjasama formal dengan CIA, dan BIA berkoordinasi setiap hari dengan Kolonel Charles McFetridge di Kedutaan AS, serta berkoordinasi dengan beberapa pejabat senior Pentagon di Washington.

Pada bulan Januari, ketika Jendral Feisal Tanjung masih menjabat sebagai Pangab, dia memperingatkan tokoh-tokoh vokal bahwa "ABRI tidak akan ragu-ragu untuk menyikat habis semua kelompok yang anti-pemerintah," dan secara khusus dia menambahkan bahwa BAKIN akan "mengawasi mereka setiap saat."

Seminggu kemudian, Sekretaris Pertahanan AS, William Cohen, tiba di Jakarta untuk bertemu dengan Soeharto dan para pemimpin ABRI, termasuk komandan-komandan dari dua kesatuan intelijen tersebut serta Letjen Prabowo Subianto, yang ketika itu menjabat komandan pasukan elit KOPASSUS. Dalam menjawab pertanyaan para wartawan, Cohen mengatakan, "Saya tidak akan memberi arahan kepada dia (Soeharto) tentang apa yang harus dan apa yang jangan dilakukan untuk mempertahankan kontrol atas negerinya sendiri."

Para pejabat Indonesia mengatakan bahwa mereka menganggap kunjungan Cohen sebagai lampu hijau. Dalam hari-hari berikutnya, komandan BIA, Jendral Zacky, mulai mengadakan pertemuan-pertamuan dengan tokoh-tokoh vokal kelas atas yang utama, yang mana -- menurut salah seorang rekan dekat Zacky -- Jendral Zacky memperingatkan mereka bahwa "jika mereka ingin tetap hidup, maka mereka jangan mempersulit hidup dia (Jendral Zacky)."

Pada tanggal 29 Januari, salah satu dari tokoh-tokoh vokal tersebut memperingatkan aktivis Pius Lustrilanang bahwa dalam waktu satu minggu intelijen ABRI akan terus mengawasi dia.

Enam hari kemudian, yaitu tanggal 4 Februari, Pius diculik oleh orang-orang berpakaian sipil yang menutup kedua matanya dengan kain, membawanya ke sebuah pusat penyiksaan, dimana dia diinterogasi, disetrum dan diperlakukan dengan penyiksaan air.

Berkat kampanye protes yang berani dari kawan-kawan aktivis lainnya, Pius dan empat aktivis lainnya yang juga diculik, akhirnya dibebaskan. Kesaksian mereka selama dalam penculikan menunjukkan bahwa pusat penyiksaan itu -- yang dilengkapi dengan enam sel penjara dan kamera-kamera video pengawasan -- adalah tempat penahanan untuk setidaknya sembilan aktivis, yaitu Pius Lustrilanang, Desmond Mahesa, Haryanto Taslam, Faisol Reza, Lucas da Costa, Rian, Sony, Waluyo Jati, dan Andi Arief.

Di awal April, kontrol BIA terhadap pusat penyiksaan itu dikonfirmasikan kepada saya oleh salah seorang rekan dekat Jendral Zacky. Ketika ditanya tentang Andi Arief, maka kata-kata yang keluar dari mulut komandan BIA itu ialah: "Dia (Andi Arief) ada bersama kami."

Sebuah sumber yang dekat dengan Jendral Prabowo mengatakan bahwa penculikan-penculikan itu merupakan operasi gabungan yang melibatkan beberapa kesatuan, termasuk BIA, KODAM Jaya, dan unit berpakaian sipil (kelompok ke-4) dari KOPASSUS.

Empat kelompok lain yang berseragam dinas dari KOPASSUS selama ini selalu dilatih melalui Program Latihan dan Pertukaran Gabungan Pentagon. (Program ini ditunda di Indonesia pada tanggal 8 Mei setelah di-ekspos oleh "the Nation", Jaringan kerja Aksi untuk Timor-Timur, dan salah seorang wakil dari Justice for All, Lane Evans). Adapun para pejabat mengatakan bahwa kelompok keempat ini (yang berpakaian sipil) justru telah menerima instruksi-instruksi khusus dari intelijen AS.

-o0o-

(Allan Nairn dideportasi dari Indonesia pada Maret 1998 dengan alasan "ancaman bagi keamanan nasional". Risetnya didukung oleh the Nation Institute. Tulisan ini dirangkum dari "the US Nation" edisi 8 Juni. Untuk edisi Pembebasan diterjemahkan dari Greenleft Weekly).

 

 

[kembali ke halaman menu] [kembali ke indeks edisi] [ke halaman berikut]