Internasional - v

 

 

BERITA INTERNASIONAL

 

* Sejak bulan Februari tahun ini, di seluruh pelabuhan di Australia berlangsung pemogokan buruh yang tergabung dalam serikat buruh pelabuhan Australia, MUA (Maritime Union of Australia). Mereka menuntut perusahaan bongkar-muat barang tempat mereka bekerja, Patrick Company, untuk menaikkan upah dan kesejahteraan mereka. Sudah bukan rahasia lagi bahwa bos Patrick Company dan rejim Howard selaluÓmain mataÓ untuk menindas buruh dan mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Puncak dari aksi ini adalah pada Peringatan Hari Buruh sedunia di bulan Mei (May Day) dimana lebih dari 60.000 buruh memadati jalan di kota-kota Australia.

Pemogokan buruh MUA ini adalah yang terbesar di Australia dalam dua dekade terakhir. Pada kesempatan ini, perwakilan PRD internasional pun menyampaikan pernyataan solidaritas terhadap perjuangan buruh MUA.

MUA merupakan salah satu serikat buruh yang giat menggalang solidaritas perjuangan buruh sedunia, termasuk di Indonesia. Mereka secara konsisten selalu mengkampanyekan tuntutan untuk pembebasan para aktivis pejuang buruh, termasuk Dita Sari (PPBI) dan Muchtar Pakpahan (SBSI).

Mulialah kaum pekerja !

 

* Dari tanggal 9 sampai 13 April 1998 di Sydney, Australia, berlangsung Asia Pasific Solidarity Conference (Konferensi Solidaritas Asia Pasifik). Selain sebagai pembicara, PRD juga mendapat kehormatan untuk membuka Konferensi tersebut, yang dalam hal ini disampaikan oleh perwakilan PRD internasional, Edwin Gozal.

Hal-hal yang dibicarakan dalam Konferensi ini antara lain ialah perjuangan gerakan-gerakan pembebasan (liberation movement) di wilayah Asia Pasifik, seperti Tahiti dan Timor-Timur, untuk mencapai kemerdekaan. Dibicarakan pula perjuangan gerakan-gerakan pro-demokrasi di berbagai negara untuk menentang penindasan dan otoriterianisme, termasuk perjuangan rakyat Indonesia untuk menumbangkan kediktatoran Suharto . Persoalan demokrasi di Indonesia akhir-akhir ini seperti aksi-aksi mahasiswa, penculikan, penangkapan dan penyiksaan para aktivis, adalah termasuk yang paling banyak mendapat perhatian dari peserta Konferensi. Mereka mengecam sikap anti-demokrasi dan otoriterian militeristik rejim Soeharto.

Yang tak kalah menarik, adalah pembicaraan mengenai krisis kapitalisme global dan strategi neo-liberal. Di berbagai penjuru dunia sekarang kapitalisme mulai mengalami krisis yang parah. Kendati coba ditutupi dengan berbagai pemanis, ternyata yang namanya kapitalisme (dalam berbagai bentuknya) tetaplah hanya menguntungkan sekelompok kecil orang (pemilik modal), dan menghisap serta menyengsarakan kebanyakan orang (terutama kaum buruh).

Ketika sekarang terjadi krisis, maka ini berpulang kepada orang-orang yang sadar: apakah akan membiarkan saja keadaan dunia dan umat manusia seperti ini sampai sehancur-hancurnya, ataukah mencoba memimpin perubahan ke arah yang lebih manusiawi dan berkeadilan sosial.

 

* Mundurnya Diktator Soeharto dari jabatan Presiden, yang kemudian digantikan oleh Diktator Kecil Habibie, belum bisa dikatakan sebuah kemenangan besar bagi rakyat Indonesia ataupun kemenangan sejati bagi demokrasi . Walaupun begitu, ternyata hal ini banyak menginspirasi gerakan-gerakan pro-demokrasi di negara-negara lain untuk melakukan aksi-aksi menentang pemerintah yang otoriter, bahkan aksi pendudukan gedung parlemen, seperti yang dilakukan mahasiswa danrakyat Indonesia. Tercatat mahasiswa-mahasiswa di Zimbabwe mengadakan aksi menentang Robert Mugabe. Oposisi Malaysia pun mendesak rejim Mahathir Muhammad untuk segera mengadakan reformasi dalam kehidupan politik, seperti halnya rakyat negara tetangga,Indonesia, sangat bersemangat menuntut reformasi total. Jika tidak, maka mereka khawatir bahwa Malaysia akan menjadi negara yang paling tertinggal dalam hal demokrasi di Asia Tenggara .

Tidak jauh dari Malaysia, di Burma pun rakyat yang ditindas junta militer SLORC kembali bangkit. Perempuan pemimpin oposisi yang amat kharismatik, Aung San Suu Kyi, memperingatkan para Jenderal Diktator di negaranya: Òjika mereka tidak ingin mengalami nasib seperti SoehartoÓ, begitu kurang lebih kata Suu Kyi, ÒMaka penguasa militer Burma harus memberikan demokrasi Ò.

Kembali berpulang kepada seluruh rakyat dan pejuang demokrasi di Indonesia: Apakah kita sudah puas? Apakah rakyat sudah berdaulat? Sudahkah Diktator Suharto diadili atas dosa-dosanya? Apakah sudah ada perubahan yang berarti? (stj).

 

 

 

[kembali ke halaman menu] [kembali ke indeks edisi] [ke halaman berikut]